PUISI JEPANG
| di 22.19
Mengenal Puisi Jepang
Sekilas Sejarah
Bangsa
Jepang baru mengenal sistem tulisan dan kegiatan tulis menulis pada abad
ke-8 Masehi. Dan tulisan-tulisan yang pertama kali adalah berbentuk
puisi.
Puisi
Jepang dahulu dibawakan secara lisan yang kemudian pada akhirnya ditulis
dan menjadi cikal bakal buku-buku pertama di Jepang. Semua pria dan
wanita Jepang zaman dahulu menggunakan puisi sebagai alat untuk
berkomunikasi. Mungkin itulah sebabnya mengapa orang Jepang sering
memasukkan puisi dalam surat-surat mereka.
Puisi
Jepang memiliki banyak ragam seperti: Haiku, Tanka dan Renga. Secara
khusus, puisi tradisional Jepang ini berisi tentang kehidupan
sehari-hari, cinta dan juga tentang alam. Antara puisi Jepang yang satu
dengan puisi Jepang yang lain memiliki ciri khusus dengan struktur dan
susunan atau tata letak yang beragam pula.
Ragam Puisi Jepang
Haiku
Bentuk asli Haiku sebenarnya
berasal dari Renga. Haiku adalah puisi Jepang yang pendek dikarenakan
pemotongan atau dalam artian karena adanya pemenggalan pada kalimat yang
sebenarnya memanjang.
Basho adalah seorang penyair
Jepang yang terkenal dan yang juga telah berjasa dalam mengenalkan
Haiku. Walaupun Haiku bertahan hingga saat sekarang ini, namun
orang-orang Jepang lebih menikmati membuat puisi dengan bentuk modern
atau masa kini dibandingkan membuat Haiku
Sejalan dengan waktu, struktur
Haiku mengalami perubahan yang sangat drastis. Pada abad ke-15 M bentuk
asli Haiku berubah menjadi sekitar seratus versi yang masing-masing
dari versi tersebut masih memiliki jumlah suku kata yang spesifik dengan
Renga. Saat ini Haiku terdiri dari 17 suku kata walaupun dengan
struktur yang selalu berubah-ubah di setiap masa.
Haiku dapat berisi tentang apa
saja. Tetapi banyak orang menulis Haiku untuk menceritakan tentang alam
dan kehidupan sehari-hari. Tiga baris Haiku menciptakan rasa yang
menggambarkan emosi dari penyairnya.
Tanka
Ragam lain
dari puisi Jepang adalah Tanka yang usianya lebih tua dari Haiku tetapi
tidak seterkenal Haiku. Tanka telah dikenal sebagai salah satu jenis
puisi di Jepang sekitar 1300 tahun. Tanka biasanya dibuat setelah
selesainya sebuah peristiwa, kejadian atau suatu perayaan yang spesial.
Tanka cenderung lebih panjang
dari Haiku, dan itu memberikan ruang kapada para penyair untuk lebih
dapat mengekspresikan perasaannya dengan lebih dalam.
Secara khusus, Tanka ditulis
atas perasaan seseorang. Dalam menulis puisi jenis ini, pertama yang
harus ditulis adalah tentang sesuatu yang disenangi dan memiliki hasrat
atas sesuatu tersebut. Sebagai contoh yaitu tentang alam, tentang suatu
tempat, keluarga, cinta atau kehidupan sehari-hari yang menyenangkan dan
merupakan sesuatu yang dianggap benar.
Menulis Tanka dengan baik akan
menciptakan kecemerlangan penggambaran atau mendapat kesan yang
mendalam yang sangat berkaitan dengan perasaan. Jenis puisi seperti ini
memberikan penyair kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya dengan
cara yang unik.
Renga
Ragam puisi
Jepang lainnya lagi adalah Renga. Berdasarkan sejarahnya, puisi Jepang
berkembang terus. Seiring waktu, tekniknya selalu mengalami
perkembangan. Dari seorang penyair, kemudian menjadi dua orang penyair
dapat bekerja sama dalam menciptakan sebuah puisi di waktu yang
bersamaan, konsep ini dikenal dengan Renga.
Latar
belakang ide pembuatan Renga ini yakni salah seorang penyair menuliskan
bagian yang menjadi idenya dan penyair lainnya menuliskan kelanjutan
puisi dari ide penyair yang pertama dengan idenya sendiri. Dua orang
penyair menyatukan ide-ide mereka membentuk sebuah puisi, kegiatan ini
di waktu dahulu menjadi sebuah hiburan yang populer. Banyak orang
berpikir bahwa membuat Renga sama halnya bermain dalam sebuah kompetisi.
Dalam mengikuti permainan seperti ini – seperti halnya sebuah
kebiasaan, dibutuhkan pemikiran yang cepat dan dengan rasa humor yang
baik untuk dapat bermain Renga.
Renga lebih dulu jauh dikenal dari ragam puisi Jepang lainnya dan mencakup sekitar 100 versi.
Teknik Membuat Puisi Jepang
Haiku
Dalam memulai membuat puisi
jenis ini yang pertama kali harus kita ketahui adalah bagaimana susunan
dasarnya. Haiku setidaknya memiliki 17 suku kata dalam 3 baris dengan
bentuk 5,7,5. setelah itu carilah beberapa ide yang bisa mengilhami
untuk membuat Haiku tersebut. Pilihlah sesuatu yang sederhana dan yang
tidak terlalu rumit.
Dalam
memilih tema, pastikan tema itu adalah sesuatu yang lazim dan
memasyarakat, yang dapat memberikan mereka cara pandang lain tentang
situasi dan pengalaman tertentu yang biasa ada di masyarakat itu
sendiri.
Seperti contoh Haiku di bawah ini:
Derai
Daun berderai
Daun berganti warna
Musim gugurku
Tanka
Teknik dasar membuat Tanka
yang memiliki 31 suku kata dalam 5 baris kalimat dengan bentuk susunan
suku kata 5,7,5,7,7. Ini adalah cara yang dipakai oleh orang Amerika
dalam menulis Tanka. Sementara di Jepang sendiri, Tanka ditulis dalam
sebuah garis lurus.
Pada hakikatnya dibutuhkan dua
orang dalam membacakan puisi Jepang yang satu ini. Orang pertama
membaca versi yang pertama dan yang kedua membaca versi yang
selanjutnya.
Sebuah Tanka yang baik
biasanya terdiri atas satu tema yang kemudian dapat menggambarkan sebuah
ide yang umum dalam keseluruhan puisi tersebut. Tema Tanka biasanya
tentang kehidupan sehari-hari dan juga tentang pengalaman-pengalaman
yang sederhana atau juga dapat tentang sesuatu hal yang berkesan.
Seperti contoh di bawah ini:
Pagi
Mama bangunkanku
Ku meregangkan tubuh
Menggosok gigi
Merapikan rambut
Pergi sekolah
Renga
Format Renga sama seperti
halnya Tanka Jepang. Puisi Renga dapat memiliki banyak versi sesuai
dengan keinginanmu, masing-masing versi terdiri atas 31 suku kata dalam 5
baris dengan hitungan suku kata per baris yaitu 5,7,5,7,7. Hampir sama
dengan Tanka , hanya saja dalam kenyataannya Renga menjadi suatu
kompetisi.
Mengapa disebut demikian?,
karena tak lain dalam membuat sebuah Renga diperlukan dua orang penyair,
seorang menulis baris pertama dan kedua dan seorang lainnya melanjutkan
sisanya. Tantangan dalam membuat Renga dimulai dari penyair yang
pertama yang membuat baris pertama dan kedua yang kemudian menyulitkan
penyair yang kedua. Dalam hal ini penyair yang kedua dituntut untuk
lebih pintar dalam melanjutkan dua baris pertama yang tak lain merupakan
pikiran seseorang yang memang sangat berbeda.
Puisi di bawah ini sebagai
contohnya, dibuat oleh dua orang yang berlainan, mereka bekerja sama
dalam membuatnya dengan tidak melupakan juga pola 5,7,5,7,7.
Pujaan Hati
Memulai hari
Bersamamu kekasih
Diri terguncang
Tersipu malu
Kududuk di sampingmu
Hangat mendera
Ia meminta cintaku
Hati berdebar
Jiwaku menggelegar
Diungkapkannya kasih
Aku terima
Dalam lipatan nota
Tertutup rapat
Kubuka dan kubaca
Ku juga cinta kamu
oleh: Aribowo
Langganan:
Postingan (Atom)